halo@chebira.com

Senin s/d Jumat 07:00 - 15:00
0816262579

Di era serba digital seperti tahun 2025 ini, anak-anak cenderung lebih akrab dengan layar daripada halaman bermain. Padahal, sebelum gadget mengambil alih dunia anak, permainan tradisional anak adalah kegiatan yang paling dinanti setiap hari. Mulai dari petak umpet, engklek, hingga gobak sodor, semua itu bukan hanya bentuk hiburan, tapi juga sarana pembelajaran alami.

Sayangnya, permainan-permainan yang sarat makna itu kini mulai terpinggirkan. Padahal, bila ditinjau lebih dalam, manfaat permainan tradisional untuk karakter anak sangatlah besar, terutama dalam membentuk fondasi kepribadian yang sehat dan kuat. Bukan hanya aspek fisik, tetapi juga emosi, sosial, bahkan moral.

Mengapa Permainan Tradisional Masih Relevan di Tahun 2025?

Permainan tradisional bukan sekadar bagian dari budaya masa lalu, melainkan warisan edukatif yang terbukti mampu merangsang perkembangan anak secara holistik. Di tengah kekhawatiran akan dampak negatif penggunaan gadget berlebih, orang tua dan sekolah mulai mencari alternatif yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mendidik.

Permainan seperti congklak, bentengan, atau egrang memerlukan koordinasi fisik, strategi berpikir, dan interaksi sosial yang intens. Artinya, anak tidak hanya bergerak, tetapi juga berpikir dan belajar bekerja sama. Inilah yang membuat permainan tradisional sangat sejalan dengan nilai-nilai pendidikan Montessori yang menekankan kebebasan bertanggung jawab, eksplorasi aktif, dan pembentukan karakter.

Manfaat Permainan Tradisional untuk Karakter Anak

Banyak penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional membawa dampak besar dalam pembentukan kepribadian anak. Berikut beberapa manfaat utamanya:

  • Melatih kerja sama dan empati: Permainan kelompok seperti bentengan dan gobak sodor mengajarkan anak cara berkomunikasi, menyusun strategi bersama, serta memahami perasaan teman yang kalah atau menang.
  • Membangun kemandirian dan kepercayaan diri: Saat bermain, anak harus mengambil keputusan sendiri, menghadapi tantangan, dan menyelesaikan konflik kecil, yang semuanya berkontribusi pada pembentukan rasa percaya diri.
  • Mengembangkan ketekunan dan sportivitas: Tidak semua anak bisa menang dalam setiap permainan. Namun dari kekalahan, anak belajar menerima dan bangkit, bukan menyerah atau marah.
  • Memperkuat motorik dan fokus: Aktivitas fisik yang menyatu dengan aturan permainan tradisional melatih motorik kasar dan halus, sekaligus meningkatkan konsentrasi dan kemampuan mengikuti instruksi.

Dari segi psikologis, permainan tradisional juga bisa menjadi alat pelepas stres yang alami dan sehat. Anak-anak belajar menghadapi kegagalan, bekerja sama, dan menyusun strategi, semua dalam suasana yang menyenangkan.

Permainan Tradisional dan Pendidikan Montessori: Kombinasi yang Kuat

Di Chebira Montessori School, kami percaya bahwa pembelajaran terbaik terjadi saat anak merasa aman, bebas bereksplorasi, dan tetap terarah. Nilai-nilai inilah yang juga tercermin dalam permainan tradisional. Ketika anak bermain engklek atau congklak, mereka tidak hanya melatih keterampilan motorik, tapi juga kemampuan berhitung, pengendalian emosi, dan penyelesaian masalah.

Melibatkan permainan tradisional dalam kegiatan belajar sehari-hari memungkinkan anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan nilai budaya, kedisiplinan sosial, dan kreativitas.

Sebagai contoh, permainan congklak dapat digunakan untuk mengajarkan konsep jumlah, perencanaan, dan strategi secara menyenangkan. Begitu pula dengan permainan seperti engklek, yang melatih keseimbangan fisik dan kemampuan mengikuti aturan sederhana.

Tantangan dan Peran Orang Tua serta Sekolah

Meski manfaatnya luar biasa, mengenalkan kembali permainan tradisional bukanlah tugas mudah. Tantangan utama terletak pada keterbatasan ruang bermain, minimnya pengetahuan orang tua, dan dominasi gadget dalam keseharian anak.

Namun, tantangan ini bisa diatasi jika ada kolaborasi antara sekolah dan orang tua. Sekolah dapat merancang kurikulum atau kegiatan luar ruang yang menyisipkan permainan tradisional secara terstruktur, sementara orang tua dapat menghidupkan permainan tersebut di rumah atau saat liburan.

Langkah kecil seperti mengadakan playdate bertema permainan tradisional atau menghadirkan kembali kegiatan seperti lomba 17-an dapat memberi ruang bagi anak untuk kembali mengenal nilai-nilai luhur yang terkandung dalam permainan tersebut.

Menghidupkan kembali permainan tradisional anak bukan berarti kembali ke masa lalu, tetapi memanfaatkan warisan budaya untuk membentuk generasi masa depan yang lebih sehat, kuat, dan berkarakter. Di tengah dunia yang semakin digital, sentuhan manusiawi, seperti tertawa bersama teman saat bermain petak umpet, justru menjadi hal yang paling dibutuhkan anak.

Mari bersama Chebira Montessori School, kita hadirkan kembali semangat bermain yang sehat dan bermakna. Karena masa kecil yang bahagia bukan hanya soal teknologi terbaru, tapi tentang pengalaman penuh makna yang menumbuhkan karakter.

Kunjungi kami disini dan temukan bagaimana kami menggabungkan permainan tradisional dalam pendidikan Montessori yang modern.


Frida

Halo! Saya Frida yang merupakan seorang yang memiliki pengalaman dalam pemasaran digital. Saya memiliki keahlian dalam kepenulisan yang menguasai berbagai topik, termasuk gaya hidup, entertainment, pendidikan, dan kesehatan. Mari bersama-sama mencapai puncak!


Komentar

WhatsApp Logo